Wednesday, December 17, 2014

Masih Tentang Rindu


Kepulan asap sesaki tubuh di tengah keramaian.
Lampu malam berkelip menggoda.
Semuanya hanyut dalam gempita panggung.

Semalaman ditemani riuh dan manisnya lagu.
Serasa berteduh nyaman di sampingmu.
Karena ingin selalu bersamamu.
Tanpa jarak,
kecuali rindu.

Malam ini malam yang biasa,
kumainkan lagu peneduh tidur.
Entah mengapa mataku masih tetap terjaga.
Diam-diam aku teringat padamu.

Saat dunia berlari kencang,
Aku ingin rebah dalam hangat dan nyaman pelukmu.
Sampai luruh semua resah,
Sampai luntur setiap penat gelisah.

Malam ini malam yang biasa,
Diam-diam aku datang padamu.
Hanya ingin ucapkan sepenggal rindu.
Yang masih saja tentangmu.

Bandung 5 mei 2014














Sebelum Rindu Berganti

Jangan simpan rindu dalam hati
Jangan telan rindu dalam sunyi
Sebelum rindu berganti jemu
Luapkan rindu hingga memadu

Sebelum hujan berhenti membasahi
Tanah kering dan rumput yang disiangi
Karena rindu hanya sementara
Bagi mereka yang setia saling menjaga

Selama rindu membasahi pelupuk mata
Pada senja ia lirih berbicara
Cukuplah rindu dibasuh hujan
Sebelum detik berputar dan dibuat bosan

Sebelum rindu berganti jemu
Izinkan ia lirih mengadu
Hanya padamu ia kembali
Sebab rindu untukmu tak akan berganti

Bandung, 17 Desember 2014

Wednesday, September 24, 2014

Senja

Saat pagi ia tenggelam.
Saat malam ia terpejam.
Tersebutlah ia yang terlupa,
Hangat manis siapa kau kira.

Teruntuk Senja.
Yang sembunyi di balik rutinitas kerja.
Terselip di antara Taman Kota.


Bandung, 24 September 2014


Saturday, September 13, 2014

Peluk

Di luar terlalu bising.
Lama-lama terasa asing.
Tidak usah pecahkan piring.
Biar malam ini ia nikmati hening.

Diam-diam rupanya cicak di dinding 
Dalam hati tertawa dilihatnya gadis tersenyum miring.
Cukuplah baginya menerima pening.
Hingga peluk meredam tubuhnya tanpa bergeming.

Bandung 13 september 2014



Tuesday, September 2, 2014

Lelap

Kemudian kita lebih memilih untuk terlelap.
Memilih terpejam mata daripada dihujam kata.
Kemudian kita lebih memilih terlelap.
Memilih matikan nalar berfikir daripada berdebat kusir.

Kemudian kita hanyut dalam dunia lelap.
Memilih tinggalkan masalah dan sisakan bingung tanpa arah.
Dan semakin dalam kita tenggelam dalam lelap.
Segala persoalan terlupakan dan tetap nihil dalam keputusan.

Daripada pusing berfikir hingga sepuluh keliling.
Daripada sesal berbuat hingga gigit jari kelingking.
Kita memilih terlelap.
Kemudian diam-diam berharap.

Karena mimpi terbayang dalam tidur tapi tak terwujud dalam lelap.
Karena puncak tertinggi bukan untuk diratapi tapi dijejaki.
Kemenangan bukan sebuah pemberian tapi perjuangan.

Jangan bersedih, jangan berduka.
Jangan lelap terlalu lama.
Buka mata, telinga dan tegakkan kepala.
Bicara soal mimpi dan cita-cita.
Masih ingatkah kita?


Saturday, August 2, 2014

Jauh

Langit-langit kamar belum runtuh.
Dan resah belum lusuh.
Sudah menginjak subuh.
Tapi mata terjaga, enggan untuk patuh.

Usianya masih dua puluh,
Tapi pikirannya kelewat sepuh.
Bermula dari anggun tangguh.
Hati-hati menuju reyot rapuh.

Jangan memiliki kalau takut kehilangan.
Semua yang dimiliki akan kembali pada sang empunya.
Bukan Dewi atau Dewa..
Tapi Dia, Sang Maha Semesta.

Segenggam tangan diraihnya Dunia.
Setiap rotasi buatnya makin menua.
Dia bukan seorang adigung atau besar kepala.
Apalagi licik dan jumawa.

Otaknya liar berkeliaran hingga mengaduh.
Bukan perkara sulit tapi cukuplah untuknya mengeluh.

Bukan seberapa lama kita menahan peluh,
Tapi seberapa kuat kita bangkit setelah jatuh.

Bandung, 2 Agustus 2014


Monday, July 14, 2014

Man(is) Manja

Disayang selagi dijalin.
Dibalut peluk dirajam kecup.
Dilanda rindu diserang waktu.
Dibelai kasih dihibahkan nafas.
Ditahan cemas diungkap lemas.
Dimabuk dikepayang.


Logika tersendat ketika kita bicara.
Tidak ada terjemahan kata ketika kita ada.
Karena langit tidak runtuh jika kita berdiri di atas nama pribadi.
Hati-hati berlabuh pada manusia.
Oleng kapal seketika tumpah.
Segala isi dan jati diri sendiri.

Jangan lumpuh, jangan luluh.
Jangan kalah, jangan lemah.
Jangan lupa, jangan lupa.
Sehabis manis, siapa tau sepah dibuang.

Jangan buta, jangan terlena.
Dunia tidak sesempit untuk adam bertemu hawa.
Syukur diucap karena berdua.
Doa dipinta untuk berdua.

Semoga ia wanita mampu tetap berdiri di atas mimpi dan kekuatan diri.
Karena dunia menanti dijelajahi.
Bukan sekedar ditangisi.

Bandung, 15 Juli 2014


Deklarasi

Seorang manusia membuat janji. Tepat tiga tahun yang lalu bernyali.
Sebuah janji untuk ditepati. Untuk dan kepada dirinya sendiri.
Deklarasi indepedensi.
Sebagai seorang wanita, anak dan akademisi.

Dulu seringkali bicara soal mimpi.
Hingga menimbun penuh melampaui.
Otaknya liar, nafasnya terpacu tiada henti.
Begitu nafsu dirinya untuk menghidupi.
Untuk mewujudkan segala imaji dan bayangan mimpi.

Sebutlah dulu ia penguasa.
Akan tubuh dan pikirannya.
Tiada jeruji yang pas untuk menahannya.
Tiada gentar ia hidupkan,kejar segala ingin dan ambisi.

Lalu malam kian berlalu.
Dunianya bukan lagi dunia jelita ceria.
Melainkan penuh taktik, teknik dan politik.
Hingga satu malam ia takluk tertegun malu.
Apa saja yang sudah ia capai di dunia barunya?
Kemana otak yang selalu berpikir dan hati yang siap menetralisasi?

Maka tiba pada suatu malam.
Dimana ia mencoba meraih dunia nya yang lama tenggelam.
Tenggelam oleh cinta dan realita.

Maka tiba pada suatu malam.
Dimana ia mencoba seperti layaknya sedia kala.
Sekedar menaruh coretan pikiran dalam tulisan.
Entah apa yang terlontar.
Tapi yang jelas ia tenggelam.
Dan mencoba hadir kembali.
Meraih dunianya.
Dan menjadi penguasa atas dirinya.
Seorang independen.
Berdiri di atas kaki sendiri.

Bandung, 15 Juli 2014.

Friday, June 6, 2014

Tentang Rindu

Ada ragu di sudut rindu.
Pelupuk mata terlihat sayu.
Seulam bibir rupanya malu.
Sebut kasih seraya memadu.

Pada malam harap bertamu.
Pada detik terus ditunggu.
Karena tiada jarak kecuali waktu.
Semoga pesan ini tak salah menuju.

Ada ragu di sudut rindu.
Hingga petang terus termangu.
Terus terjang, terus maju.
Sampai batas kita tak tahu.

Bandung, 6 Juni 2014

Wednesday, June 4, 2014

DO(S)A

Dalam doa terbalut dosa
Sebelum subuh dan setelah isya
Berharap nista terhapus air mata
Apa daya tak sampai jua

Yang Mahakuasa, pemilik semesta raya
Ada rindu dari anak hawa pada Sang Pencipta
Sungguh ia takut akan bencana
Ketika suatu masa kebahagiaan akan binasa

Darah masih merah dan bulan belum purnama
Ia tak bicara namun terpejam mata
Semoga kasih sayang kedua orang tua
Lancarkan jalan doa memenuhi cita-cita

Sebelum pagi dan setelah senja
Dalam diam ia sembunyi memohon doa
Sembah sujud ia haturkan pada Yang Maha
Ya Gusti! Ampuni segala dosa..

Bandung, 5 Juni 2014

Monday, April 14, 2014

Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater


Pada hari yang istimewa,
Kampus Ganesha menjadi saksi.
Dengan ijazah di tangan dan toga di atas kepala.
Kami berdoa dan berjanji:

"Dan kami adalah mahasiswa,

Gelar ini bukti bakti pada bumi pertiwi.
Dari tangan rakyat kami dipinta,
Kepada dekapan rakyat kami kembali.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa,
Senantiasa melindungi ilmu dan mimpi kami.
Amin.”


Untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater.

MERDEKA!


Bandung, 12 April 2014

Ketika kami mahasiswa berkasih dalam gempita pelepasan ratusan sarjana.
Semoga dari tangan kebaikan mereka Negeri ini bangkit kembali.

Friday, April 4, 2014

Doa Lima Bulan Baru

Sudah larut dan kamu belum berselimut.
Otakmu terjaga hingga pagi yang menjemput.
"Sedikit lagi", ucapmu lembut.
Rupanya perang belum selesai bergelut.

Seliar kuda segagah singa.
Taklukmu pada dunia, bukan manusia.
Nafasmu membalut mimpi sepanas bara.
Karena sungguh bagimu lelah hanya sementara.

Sudah lima kali bulan berganti.
Kakimu tetap kencang terus berlari.
Pertajam strategi perjuangkan mimpi.
Karena bagimu perang adalah harga mati.

Teruntukmu petarung dan pemimpi,
Waktu tidak membunuh,hanya melumpuhkanmu.
Sedikit lagi perang berganti menang.
Dan doa setelah senja ini adalah untukmu.

Semoga Tuhan memeluk dan melindungimu.
Senantiasa mengasihi dan menguatkanmu.
Mengiringi dan memudahkan langkahmu.
Dari ridho-Nya lah Dia menjadikanmu.
Seorang pemimpin, teladan dan pembaharu.

Amin.
Amin..
Amin...


Sunday, March 23, 2014

Kampusku


Hari ini kampusku berbicara.
Tentang isu pemimpin yg penuh tanda tanya.
Ada yang pro, lebih banyak yg kontra.
Para swasta berebut unjuk ide dan suara.

Hari ini kampusku berbicara.
Para elitis angkat kepala.
Terang-terangan mencerca sebuah sistem buatan panitia.
Mereka bilang adalah cacat dan banyak cela.

Hari ini kampusku kembali berbicara.
Tapi bagiku tak ubahnya sebuah bencana.
Mahasiswa sebuah institusi ternama katanya cinta Indonesia.
Tapi pilih pemimpin sendiri pun tak bisa.
Malah berebut tahta dan putar balikan fakta.

Hari ini kampusku menelan kecewa.
Karena mahasiswanya hanya sibuk bertanya.
Sibuk menjatuhkan dan menyalahkan sesama.
Senang mencerca dibanding membangun bersama.

Hari ini kampusku berduka.
Mahasiswa nya sibuk mengurus masalah norma.
Tapi bertindak tak tahu etika.

Silakan habiskan malammu pemuda.
Berkutat pada kompromi dan keangkuhan tiap kepala.
Semoga pagi yang buatmu membuka mata.
Bahwa kampusmu terlalu kecil bicara soal presiden keluarga mahasiswa.

Hati-hati nanti  jatuh,
Atas angkuh berat kepalamu sendiri.

Bandung,8 Maret 2014

Monday, February 24, 2014

Nasihat angkuh manusia rapuh

Manusia bisa bertahan hidup,
Asalkan dia mampu beradaptasi.

Banyak godaan, goncangan, tantangan di sana-sini. Banyak orang yg lalu lalang, datang kemudian pergi. Pernah mengalami masa gemilang kemudian terpuruk tinggal gigit jari.

Lingkungan katanya membentuk karakter seseorang. Waktu katanya mengubah pribadi seseorang. Tidak ada yg salah dengan perubahan, tp cara pandang menghadapi perubahan yg terkadang salah utk dipahami.


Apa cuma kasih ibu yang tak lekang sepanjang masa? Ataukah kasih antar manusia dengan sesama dan lingkungannya jg  tak lapuk dimakan zaman?

Jangan jadikan waktu sebagai alasan kita lupa ingatan untuk bersyukur atas apa yg kita dapatkan.
Jangan jadikan waktu sebagai pembenaran atas keburukan yg kita lakukan.
Jangan salahkan waktu!
Atas apa yang tiada kemudian hilang dari kehidupan.

Waktu adalah batasan.
Seberapa mampu kita bertahan.
Seberapa banyak kita berbuat kejahatan dan kebaikan.
Seberapa lama kita berjalan utk meraih sebuah tujuan.

Maka hidup akan jadi kesia-siaan jika waktu selalu kita permasalahkan.

Atas nama detik yang berlalu,
Tiada yang bisa kita janjikan untuk hari esok.
Tiada pantas kita sesali untuk hari kemarin.
Nikmati dan hidupi hari ini.


Organ(is)asi


Organisasi tidak akan pernah mati.
Selama masih ada orang yang mau peduli.
Jika tersisa satu pemuda ataupun satu pemudi.
Masihkah organisasi mampu tegak berdiri?

Silakan acuhkan seorang pemimpi.
Pandang sinis seorang idealis.
Bukan tentang siapa dan tahta apa yang ada di kepala.
Ini tentang pertanggungjawaban cita-cita seorang manusia!

Aku organisasi, harusnya kalian banyak mencari.
Aku organisasi, harusnya kalian banyak memberi.
Aku organisasi, harusnya diisi manusia berkarakter dan penuh dedikasi.
Aku organisasi, bukan benda mati!

Maka sampai waktuku dimana selalu datang siklus baru.
Banyak yang datang, tak sedikit yg berlalu.
Aku organisasi dan ini pesanku:

Matikan aku jika kalian mau,
Hidupkan aku jika kalian mampu.
Tapi satu yg harus kalian semua tahu,

Sampai kamu yang menerjang maju atau mundur gugur layu.
Aku mau hidup seratus tahun lagi.

Sah- sah Gelisah

Resah apa yang buatmu gelisah?
Ketika semua kata ada di ujung lidah.
Tinggal kau luapkan dan kata akan membuncah.
Namun kita hanya mampu telan ludah.
Sedangkan resah sudah buatmu ingin muntah.

Karena sesungguhnya pemimpin lahir dari gelisah.
Maka siapa yang pengecut dan hanya bisa pasrah?

Akan sampai pada suatu noktah.
Dimana semua meledak dan berdarah.
Sesungguhnya resah ini mendarah daging sudah.
Namun apa daya,
Kita hanya telan ludah..

Pada malam, gelisah bertemu lelah.
Berharap hilang tersapu basah.
Pada pagi keduanya berpisah.
Sampai nanti bertemu lagi atau entah.

Ketika pasrah bersanding dengan gelisah.
Ah sudahlah..
Sah gelisah.

Bandung, 25 Februari 2014


Sunday, February 16, 2014

Sepuluh

Selamat bulan baru.
Semoga dan selalu.
Hanya padamu.
Sebuah ucapan penuh rindu.

Bandung, 10 februari 2013


Saturday, February 1, 2014

Sepuluh Jemari

Semacam kuda liar kamu berlari.
Kau tantang malam dengan berani.
Pedang di tangan kanan dan di kiri kau simpan belati
Sebut saja kamu petarung sejati.

Dalam nafasmu terbungkus mimpi.
Hingar bingarmu layaknya api.
Dan kicau burung menjadi saksi.
Pada pagi kamu selalu kembali.

Perang sementara berhenti.
Tegakmu tetap berdiri namun kecewa kamu sesali.
Aku datang dengan sepuluh jemari.
Hanya mampu merengkuhmu sepenggal kiri.

Segenggam erat aku meraihmu.
Tanpa ragu aku memandangimu.
Sejauh itu yang aku mampu.
Ungkapkan rindu selagi membisu.

Semacam kuda liar kamu berlari.
Bukan kuasaku menahanmu pergi.
Dan hanya ini yang dapat kuberi.
Seutuhnya aku selalu menemani..










Tulisan Santai Sebelum Badai

Harusnya tulisan ini tidak menjadi sebuah tulisan yang sentimentil. Harusnya tulisan ini tidak menjadi sebuah kesulitan atau berlarut-larut dalam penundaan. Harusnya tulisan ini menjadi sebuah tulisan biasa yang tiada perlu dianggap serius atau berbahaya.

Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa refleksi serta resolusi harusnya sudah dibuat tepat satu bulan yang lalu. Tepat saat dentang waktu menunjukkan jam 00.00 WIB 1 Januari 2014.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa seharusnya syukur serta doa banyak-banyak dipanjatkan dan dipinta. Tepat saat terompet mulai riuh menyambut gempita 1 Januari 2014.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa tepat satu tahun yang lalu sebuah tahun sudah dilewati. Lengkap dengan segala cerita, intrik, perjuangan dan romantika di dalamnya.

Menuliskan apa yang telah dilalui selama setahun belakangan agaknya cukup sulit. Mengingat tahun 2013 adalah tahun yang cukup penting dan bermakna.

Harusnya tulisan ini tidak menjadi sesuatu yang sulit ataupun sentimentil. Toh ini bukan kali pertamanya aku melalui pergantian tahun. Pada akhirnya berbagai kejadian yang dialami setahun kemarin hanya mampu kutuliskan sepanjang aku mengingat dan mampu menceritakannya.

Some stories are better left unsaid. But I rather telling them than keeping it as a memory itself.

Harusnya tulisan ini menjadi mudah karena begitu banyak yang dapat diceritakan. Mulai dari perjuangan akhir melalui masa TPB, hiruk pikuk penjurusan, kesibukan kepanitiaan, organisasi, osjur, adaptasi dan masa transisi menjadi mahasiswi jurusan, pencarian jati diri hingga menemukan apa yang selama ini dinanti dan dicari. Pergantian kalender tahun ini tidak dirayakan dengan meriahnya kembang api atau gemerlap pesta.Cukup sederhana dengan kumpul bersama keluarga.

Pergantian tahun baru sering dijadikan ajang untuk bernostalgia, membuat resolusi dan refleksi diri. Harusnya tidak hanya pada tanggal 1 Januari kita berkaca dan intropeksi diri, toh kita tidak hanya hidup setahun sekali kan? Maka pada awal tahun yang indah ini, aku mencoba menjadi cermin terbesar bagi diriku sendiri. Sebaik-baiknya bercermin adalah pada diri sendiri. Sesulit-sulitnya jujur adalah pada diri sendiri.

Tahun ini menjadi tahun yang istimewa karena setidaknya aku mendapat jawaban atas bebearap doaku. Nikmat terbesar adalah ketika kau mengharap, meminta dan terkabulkan doanya. Sungguh, Tuhan Maha Mendengar dan Maha Penyayang. Yang terbaik sesungguhnya datang pada saat yang tepat. Tiada keraguan atas kuasa Tuhan dan bagaimana dengan sedemikian rupa Dia mengatur dan putar balikan hidup kita.

Atas segala ragu dan tanya.
Atas segala sendu dan rindu
Atas segala masa yang berlalu
Maka semua indah pada satu waktu.

Tulisan ini sebagai pengingat.
Bahwa memori mampu menjadi duri,
Ketika kita berdiri di atas kaki sendiri.

Bandung, 1 Februari 2014

Wednesday, January 1, 2014

KEMDES IV MTI: Bukan hidup berlebih, hanya lebih banyak bersyukur

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku. Tempat ayah dan bunda.  Dan handa taulanku. Tak mudah kulupakan. Tak mudah bercerai. Selalu kurindukan. Desaku yang permai-Desaku Yang Kucinta 
Adalah Kampung Cibuluh yang jadi tempat pelaksanaan Kembang Desa MTI. Lagu di atas bisa sedikit ngegambarin keadaan dan suasana di sana. Banyak anak kecil lari-lari dan tertawa sembari bermain dengan teman sebaya nya. Walaupun udaranya dingin, warga Kampung Cibuluh menyambut kedatangan kami penuh kehangatan. Seakan-akan kami keluarag yang sudah dinantikan dari lama kedatangannya. Sudah lama rasanya tidak menghirup udara segar dan sejuk seperti itu. Terlalu lama di kota, berkutat dengan kesibukan dan udara hiruk pikuk seorang mahasiswa.

Kampung Cibuluh termasuk salah satu kampung yang terpencil. Akses ke sana memang agak sulit dijangkau. Hanya ada satu jalan dan itupun lumayan rusak. Cara lain adalah dengan menggunakan perahu sembari menyeberangi danau. 

danau di kampung cibuluh (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
danau di kampung cibuluh (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)



perahu untuk penyebrangan (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
perahu untuk penyebrangan (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
 


saat kabut datang
(gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
saat kabut datang (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)


Untuk perihal panorama dan pesona Kampung Cibuluh, sepertinya gambar lebih pintar bercerita daripada saya yang berkata-kata. Pada intinya,kampung ini memiliki keindahan, kedamaian dan keramahan dari warganya. Pada kegiatan ini, kami para peserta diberi kesempatan untuk menginap di rumah warga. Total yang pergi sekitar 130 orang. Maka selama dua hari, MTI sukses meramaikan dan memenuhi Kampung Cibuluh. 

Selama dua hari itu diisi dengan kegiatan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh panitia. Ada kerja bakti, lomba menghias tong sampah, talkshow mengenai lingkungan dan kebersihan sampah,membersihkan danau, dan gondjang-gandjing (semacam panggung seni di malam hari).


Saya dikasih kesempatan tinggal dengan seorang ibu dan bapak yang memiliki dua orang anak. Beliau termasuk orang berkecukupan, setidaknya untuk dapat makan 3 kali sehari. Selama menginap di rumah, beliau selalu menyediakan makanan yang berlebih. Entah itu roti, gorengan, atau  cemilan lainnya. Lauk untuk makan pun tak tanggung-tanggung. Di hari pertama,sang ibu menyediakan 4 macam lauk bagi kami untuk sekali makan. Meskipun hanya telur, tahu,tempe,ikan asin,oseng waluh,kerupuk dan sebakul nasi, bagi saya itu makanan mewah di tengah keserba-cukupan keluarganya. 

Setiap kali makan, beliau selalu menyediakan dalam jumlah yang banyak padahal hanya empat dari kami yang makan. Dan yang paling membuat saya tersentuh adalah beliau dan anaknya tidak ikut makan. Dengan alasan "Nanti saja kami menunggu bapak pulang. Neng sekalian makan duluan saja". Padahal saya tau, mungkin maksud beliau adalah takut makanannya kurang kalau mereka sekeluarga ikut makan...

Di hari kedua,sang ibu membuatkan kami bala-bala. Tak tanggung-tanggung, lagi-lagi dalam jumlah yang banyak.. Mungkin makanan yang disediakan oleh sang ibu terkesan amat sangat sederhana. Tapi bagi saya, justru dari kesederhanaan itulah saya melihat kekayaan. Bahwa sang ibu dan keluarganya kaya dalam kasih sayang dan mau memberi terhadap sesama. Bahwa di tengah kebercukupan atau kekurangan sekali pun, mereka tidak terlihat sedih dan mengeluh. Mereka tidak sungkan untuk memberi lebih meskipun kepunyaan mereka tidak berlebih. Bahwa kami yang menumpang di rumahnya hanyalah orang asing tapi mereka menghargai dan memperlakukan kami dengan penuh kehangatan. 

Tidak perlu melihat dari hal yang besar untuk menilai suatu kaum, cukup lihat dari hal terkecil yang mereka lakukan. Maka dari warga Kampung Cibuluh saya belajar. Di tengah kesulitan mereka akan air bersih. Di tengah eksistensi daerah mereka yang dipandang sebelah mata dan dicap terpencil. Di tengah segala kekurangan dan beban hidup yag mereka tumpu. Di tengah masa tua,kesulitan,kesendirian,dan penyakit yang mendera, bahwa rasa syukur lah yang membuat mereka bertahan. Rasa bersyukur lah yang membuat mereka bahagia setiap saatnya. Rasa syukur lah yang membuat hidup mereka makin berwarna. Betapa besar kekuatan yang diberikan dari ucapan syukur untuk mereka mampu hidup dan menjalani tiap detiknya.

Karena bahagia adalah sederhana.
Dengan bersyukur, semua terasa lebih bermakna.
Kesederhanaan adalah puncak tertinggi dari kekayaan.
Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Terima kasih kepada warga Kampung Cibuluh yang telah membuka mata dan membuat kami belajar banyak tentang banyak rasa serta karsa.. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kebahagiaan,kemudahan dan kedamaian dalam setiap detak hidup kalian.
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” ― Tan Malaka

Kegiatan Kembang Desa ini kasih banyak pembelajaran dan pandangan baru. Ternyata kalau kita mau tahu lebih banyak, kita harus turun dan merasakan langsung. Bahkan dibalik sepiring nasi pun kita dapat pelajaran baru. Bahwa kami, mahasiswa berasal dari tanah rakyat dan akan kembali mengabdi kepada tangan rakyat pula. Apa yang kami pelajari dan kami kerjakan sekarang, tak lain bentuk usaha untuk kembali menyejahterakan bangsa nantinya. Bukankah itu yang selalu dielukan dan ditanamkan kepada kami, mahasiswa? Bahwa kami adalah penyambung lidah rakyat yang berjuang dan ditempa demi kemakmuran serta keadilan rakyat Indonesia?

Setelah rangkaian acara Kembang Desa berakhir. Dengan diiringi oleh tawa canda serta keramahan para warga yang mengantar kami tuk kembali pulang, saya memiliki sebuah doa..
Semoga kami para mahasiswa dapat belajar menjadi seorang yang sederhana.Semoga kami para calon sarjana dapat menjadi kaya dalam ilmu dan peka terhadap sesama.Semoga kami para calon pemimpin bangsa dapat beguna dan berkuasa nantinya dengan bijaksana.Semoga dari tangan-tangan orang baik, Negeri ini bangkit kembali.Dari tangan-tangan kami lah, doa ini dipanjatkan.Dan dari tangan-tangan kami pula, cita-cita ini diperjuangkan.


Amin :)

 Bandung, 31 Desember 2013