Saturday, February 14, 2015

Takdir

Namanya Takdir. Semua teman dan sanak saudaranya memanggil demikian. Bukan tanpa alasan ia dipanggil dengan nama yang begitu singkat namun padat makna. Setiap nama memiliki artinya tersendiri bukan?

Jenis kelaminnya perempuan, jika kau penasaran. Tinggi badannya bisa dibilang merupakan rata-rata dari wanita Indonesia. Jikalau saja ia rajin minum susu dan berenang di masa kecil, mungkin ia akan memiliki tinggi semampai seperti model (padahal sudah ia lakukan sewaktu kecil dan membuahkan tinggi 160 cm)

Usianya menginjak kepala dua, jika kau ingin tahu. Ia berhasil menyelesaikan sekolahnya dengan prestasi cemerlang. Ia tumbuh menjadi seorang gadis periang dan memiliki banyak teman. Guru-guru di Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas pun masih mengingat namanya meskipun sudah berselang hampir 3 tahun dari kelulusan SMA nya.

Ia termasuk ke dalam keluarga yang berkecukupan dan berpendidikan. Ibunya lulusan S2 di salah satu universitas terbaik Indonesia. Ayahnya berhasil menyelesaikan kuliah S3 sebelum menikah dan bertemu dengan ibunya. Ayahnya termasuk orang yang dipandang karena memiliki banyak relasi dan menempati posisi strategis di pekerjaannya. Namun, hal itu tidak membuat ayahnya menjadi seorang sosok yang sombong dan gila kekuasaan. Ia tumbuh dengan kasih sayang dan pendidikan moral yang baik. Ayah dan Ibu nya selalu bangga terhadap anak pertamanya itu.

Ia tumbuh menjadi seorang gadis yang selalu dibanggakan keluarganya dan disenangi teman-temannya. Ia memiliki segudang aktivitas namun tidak bermasalah dengan akademiknya. Ia memiliki kehidupan yang begitu seimbang, penuh semangat, sarat dengan cita-cita dan bermanfaat untuk dirinya maupun orang lain. Di usianya yang begitu muda, ia bisa mendapatkan semua yang ia idamkan.

Di usia nya yang berkepala dua, ia menjadi seorang wanita yang mendeklarasikan dirinya sebagai wanita mandiri dan memiliki etos kerja yang tinggi. Tidak mau disamakan sebagai "wanita pada umumnya" ia melindungi dirinya sendiri agar tidak terhasut oleh gemerlap kehidupan remaja dan tenggelam ke lautan cinta yang menurutnya fana. Ia terus berkecimpung di dunia organisasi mahasiwa dan mengambil segudang aktivitas. Ia terus menyibukkan dirinya agar tidak terdistraksi dari kesendirian. Tidak ada satu pun yang mampu menjatuhkan mentalnya.

Hari ini tidak bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke 21. Namun hari ini ia merasakan ada sekeping bagian dari hidupnya yang belum terlengkapi. Terlepas dari cerita kehidupan perkuliahannya yang padat kerja dan karya, ia merasakan penat dan sesak menyelimuti tubuhnya. Pada hari ini, kelenjar air matanya tidak lagi mau berkompromi dengannya. Hari ini langit cerah dan hujan tidak mengguyur kota Bandung kesayangannya. Tapi hujan mengguyur lembut pipi manisnya hari ini.

Namanya Takdir. Entah apa yang menunggunya esok hari, tapi hari ini ia merasa telah terhisap kembali ke dalam ketakutannya. Baginya ini adalah sebuah penyakit berkala yang harus ia hadapi sendiri. Karena baginya parasetamol ataupun antibiotik bukan obat yang ampuh untuk mengobati penyakitnya ini. Pil tidur sudah tidak mampu membuatnya tertidur lelap hingga membuatnya amnesia di pagi hari.

Bandung 13 Februari 2014