Saturday, October 26, 2013

Dunia

Dalam setiap sudut aku menelusurimu.
Dalam setiap mata aku menemukanmu.
Pada sepasang mata aku bersembunyi.

Ketika mata berbicara,
Lalu kata hilang makna.

Santai

Kata orang, rezeki udah ada yang ngatur.
Jadi, santai aja.

Kata orang, jodoh udah ada yang ngatur.
Jadi, santai aja.

Kata orang, kesuksesan udah ada yang ngatur.
Jadi, santai aja.

Kata Tuhan, kematian udah diatur.
Jadi, Santai Aja?

Saturday, October 19, 2013

Setengah Manusia

Manusiakan manusia,
Dengan lauk yang dia makan,
Dan air yang dia reguk.

Manusiakan manusia,
Dengan udara ketenangan,
Dan hawa hiruk pikuk.

Manusiakan manusia,
Dengan berbagi kelembutan,
Dan rasa takluk.

Maka manusiakan manusia..
Dengan manusia mana,

Manusia jadi sempurna?

Ja(t)uh

Hai anak manusia,
Jangan mau terlena oleh dunia.
Dengan segala isinya yg menggoda.
Tapi...


Hai anak manusia,
Jangan dustakan keindahan dunia.
Bahkan adam dan hawa diusir dari surga.
Tapi...

Hai anak manusia,
Hati-hati atas apa yang kau bawa.
Salah-salah bisa jadi bencana.
Tapi...

Hai anak adam hawa,
Ingat alam pernah bersabda,
"Jatuhkan cintamu pada keberanian. Sebaik-baiknya jatuh adalah setelah mencoba. Sebodoh-bodohnya jatuh adalah pada ketakutan yg sama."



Karena bahagia adalah sementara,
Demikian pula dengan sengsara,
Bagi mereka manusia,
Yang mau kembali jatuh dan mencoba.

Jatuh adalah tanda cinta pada keberanian hidup.

Seberapa jauh kah kamu?


Monday, October 14, 2013

Panggung

Dunia ini panggung sandiwara

Dipenuhi makhluk yang berpura-pura

Sibuk menutupi rahasia

Berdalih dari realita

Menyembunyikan segala makna

Dunia ini panggung sandiwara

Dikendalikan oleh sutradara

Di balik layar ia tertawa

Mengatur plot cerita tiada kentara

Dunia ini lama-lama hanyalah sandiwara

Dipenuhi makhluk bermuka dua

Tubuh beraga namun tak dijunjung sang jiwa

Dipenuhi dengan khayalan dan imaji belaka
Dengan tulisan besar, panggung sandiwara dituliskan:



” Cerita dalam sandiwara ini hanya fiktif semata. Apabila ada kesamaan tokoh atau kejadian, itu memang kami sengaja. Selamat menikmati hidup dalam panggung penuh sandiwara”


Dibuat di Bandung tahun 2011


(Tulisan adalah pengingat, sebagai siapa dan apa yang pernah kita bawa. Karena itu post beberapa tahun silam aku post kembali. Hanya untuk sebagai pengingat).

Lalu?

Aku tidak mau menyalahkan sebuah individu

yang memang sepatutnya disalahkan

karena mementingkan kepentingan pribadinya.


Aku tidak mau menyalahkan sebuah instansi

tempat para penjilat, penusuk dan pemamah biak jabatan

meskipun memang sepatutnya disalahkan

karena menjadikan label sebuah berhala yang disembah.


Aku tidak mau menyalahkan sebuah sistem

yang terus bergulir sama setiap waktunya

dicanangkan banyak program dan perubahan

namun tetap saja berlumut, berkarat lama-lama membusuk.


Aku tidak mau menyalahkan keadaan

yang memaksa para makhluk

untuk saling memangsa

demi merebut kuasa.


Aku tidak mau menyalahkan apapun dan siapapun

mencari dan menjadikan makhluk atau sistem

sebagai sebuah alasan

untuk kebobrokan,

kerusakan

kemaksiatan

dan segala keterpurukan yang terjadi.


Lalu, siapa yang sepatutnya dimintai pertanggungjawaban?

Atas chaos


dan kematian keadilan.


Dibuat di Bandung tahun 2011

(Dan kematian keadilan akan terus menjadi siklus selama rantai keegoisan belum diputus)

Belalang sembah

Tunduk dan patuh.

Layaknya belalang sembah.

Anggut-anggut mawut kepala.

Supaya dianggap pandai dan menurut.

Agar dijadikan anak istimewa dan disayang raja.

Tidak punya pendirian.

Cari muka, menjilat nama.

Demi segenggam kuasa.

Sebaris label.

Seonggok nama.


Ironis.


Bandung, 2012
(ketika menjadi bawahan adalah kemunafikan dan pemimpin hanya seputar kekuasaan)

Di Atas Kaki Serigala

Ada serigala dalam kerumunan anjing
Di mana semua terkencing-kencing
Hing! Bau pesing!

Ada serigala lepas dari kawanan
Masuk sebuah taman hewan
Malah jadi lelucon dan ledekan

Hati-hati dengan serigala berbulu domba
Yang pandai memikat dengan tipu daya
Salah gaul bisa jadi berdosa

Hukum rimba mulai tidak adil,
Serigala terpaksa takut menggigil,
Sedangkan anjing asyik bermain bedil

Sudahlah,
Sudahi saja sandiwara picik
Antara aktor dan aktris politik

Enyahlah sudah,
Toh anjing-anjing saling menjilat ludah
Meskipun mereka luka hingga bernanah

Ada serigala di balik pohon jati,
Dia tinggalkan kawanan dengan gagah berani.
Pada dua pasang kaki dia berdiri.

"Di atas kaki sendiri akhirnya serigala berlari"


Pada Hari Yang Biasa

Hari ini masih jadi hari yang biasa.
Tapi rupanya hujan enggan untuk mereda
Sembari angin menelusup masuk jendela
Rasanya banyak pesan alam mulai menyapa

Bermimpi menjelajah dunia
Punya segudang mimpi masa muda
Idealisme siswa beranjak jadi mahasiswa
Tapi agaknya mulai terkikis semua
Seiring hujan yang menghantam lembut panorama senja

Hari ini tetap hari yang biasa
Dimana anak kucing berleha-leha
Tidur seharian di atas sofa
Sedangkan aku hanya diam saja

Agaknya hari mulai tidak biasa
Teringat celoteh seorang calon sarjana
Dengan lirih namun tajam dia berkata,
"Jangan bermimpi untuk memimpin Negara,
Kalau urus diri sendiri pun tak bisa!"

Hujan selalu jadi pengingat sebuah masa
Ketika pemuda punya seribu rencana
Dan sekarang terancam sekedar jadi cerita
Padamu hujan yang mulai malu untuk mereda

Ingatkan pada kami yang mulai lupa,
Untuk apa kami berusaha dan berdoa
Demi semua mimpi dan cita-cita
Sempurnakan bangga dan sematkan dalam dada,

Untukmu Garuda,
Hari-hariku mulai berwarna.




Sunday, October 13, 2013

FI(RASA)T

Kita terlalu naif bicara soal rasa.
Selalu coba terjemahkan makna.
Beribu tanda berusaha diterka.
Namun semua luput tak sesuai realita.

Sudah lama berkelana.
Tapi tetap takut tuk terbuka.
Maka firasat dijadikan senjata.
Kepada siapa rasa berpunya.

Karena bahagia adalah sederhana.
Cukup ada aku dan kamu di dalamnya.
Kita bisa jadi sama dalam semua.
Tapi bicara soal rasa, samakah kita?

Memang naif bila bicarakan rasa.
Tapi kian hari firasat kian meraja.
Dan kepada semesta,
Aku sematkan doa dan sebuah nama.
Semoga kali ini benar adanya.

Kaulah firasat tempatku bermuara..

Bandung, 13 Oktober

(Doa entah untuk siapa,nama kita akan selalu dijaga)




Jauh Padahal Kau Begitu Dekat

"Sejauh-jauhnya orang tersesat adalah dari dirinya sendiri."
Ya Gusti Nu Agung..
Semoga aku tidak termasuk golongan yang tersesat,
karena jauh dan ingkar kepadaMu.
Jangan jadikan aku golongan yang tersesat,
karena lupa dan lari dari padaMu.

Ya Gusti Nu Kuasa..
Jika aku termasuk golongan yang tersesat,
tunjukkan kembali kemana arah kakiku harus melangkah.
Jika aku termasuk golongan yang tersesat,
terangkan dan bawa aku kembali kepada yang Kau rencanakan.

Ya Gusti Nu Penyayang...
Hapunten kana samudaya kalepatan..

Ya Gusti..
Ya Rabb..

Nyuhunkeun pitulung kana samudaya kasesahan,
kana samudaya cobian.
kana samudaya perkara,
kana samudaya kelemahan,
kana samudaya urusan..
Nyuhunkeun kakuatan kana samudaya kasedih..
Kana sadayana Ya Rabb..
Mugi diraksa ditangtayungan..

Ya Gusti..
Ya Gusti..
Ya Gusti..
Ya Rabb!


Bandung, 13 Oktober
*Bahkan lidahmu kelu untuk berdoa lebih banyak,hanya sanggup panggil nama Ya Rabb berulang2..

(maaf ya mix and match sunda Indonesia, maklum kalau doa bisa dual bahasa hehe)


Doa Untuk Pejuang Malam

"Pada sepasang mata siapa kita mampu melihat dunia?"
Semoga tiap pasang memiliki jendela dan terbuka untuk keduanya melihat dengan nyata.
Dan dunia menjadi sederhana dalam sebuah pertemuan namun menjadi kompleks dalam sbuah pembicaraan.
Dan sederhanakan dunia, untuk kita bergembira di dalamnya
.
Cukuplah bertemu dengan tidak sengaja, jalani dengan sederhana.
Maka hidupkan bahagia dan kamu merasa sempurna.
Pada tunduk malu dan rasa terpadu, sepasang nama bertamu.
Dan pada senja, mulai menerka. 
Adakah sama dunia?

Maka apa yang salah dengan sama, apa yang takut dengan berbeda?
Karena dua bukan berarti bersama dan satu bujan berarti sendiri.

Kepada penguasa ada kiriman doa. 
Berisi berjuta semoga. 
Semoga doa tidak dikuasai rasa dan tidak berakhir jadi noda berdusta.
Kepada penjaga semesta ada kiriman doa. 
Semoga manusia tidak lagi terlena.
Semoga tidak lagi jatuh pada lubang yang sama.
Kepada dunia ada paket sejuta doa. 
Tolong manusia-manusia yg kebingungan dan takut akan bencana. 
Beri jalan terang dan ketenangan jiwa.
"Manusia mana yg mampu menerka rencanamu, Tuhan?"
Maka berilah kekuatan agar mereka percaya.
Sebuah tanya untuk seribu ketakutan, seribu kebimbangan. 
Maka tundukkan hati dan ucapkan doa. 
Semoga tenang jiwanya...

Manusia hanya mampu merasa, sibuk menerka. 
Dan semesta yang punya rencana. 
Maka kuatkan hati dan tenangkan jiwa..

Kepadamu manusia malang, diganggu ketenangan dan percikan alam. 
Cukupkan untuk pertanyaan seribu malam.
Jangan lumpuhkan kaki di medan perang, cukup hati yang kau serang. 
Dan seribu pejuang seketika tumbang.

Ada kiriman doa untuk Sang Pencipta. 
Tolonglah manusia yang takut dan kebingungan. 
Maka lemah hatinya dan takluk pada malam.
Semoga senantiasa yang terbaik bagi pejuang malam. 
Di mana kata-kata menjadi pedang dan hati menjadi tameng gadang.

Seorang Soe Hok Gie pernah berkata,

"Kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta"

Dan perkataan Gie adalah antitesis bagi pejuang malam.
Cepat berakhirlah perang, bagimu pejuang..
Doaku menyertaimu...

Dialog di Bawah Pohon

Ada suatu tempat di mana manusia berbicara. 
Kepada lawannya dia berkata, lalu apa tanggapnya?

"Pada siapa lagi kita bisa berani selain pada diri sendiri?"
Pikiran bisa memperluas pandangan, perkataan bisa meringkas gagasan, tindakan bisa menyederhanakan pikiran. 
Maka apa makna sebuah diam?
Kalau ada satu hal yang tidak boleh dipenjarakan, itu adalah gagasan. 
Karena gagasan adalah kebebasan, semua berhak berbicara.

Jika tidak berani berbicara, diamlah. 
Jika takut tidak diterima, diamlah. 
Jika mrasa paling benar,diamlah. 
Jika merasa paling salah, diamlah.
Silakan berdiamlah sampai kebohongan berbicara. 
Berdiamlah sampai resah buat kau gelisah.
Berdiamlah sampai kemunafikan buat kau geram.
Jangan takut tidak didengar, takutlah karena tidak akan dikenal. 
Jangan malu jika salah, malu lah jika merasa paling benar.

Jika mau dicintai semua orang jadilah yang mereka mau. 
Bersyukurlah jika itu ada apa padamu, maka kamu ditakdirkan untuk memimpin di dalamnya.
Bersabarlah jika tidak ada padamu, takdirmu adalah memipin di tempat yang sudah ditentukan.
Jangan malu jadi diri sendiri, malu lah karena dikenal bukan atas dirimu sendiri.

Hidup bukan soal kebenaran dan koleksi pencitraan. 
Bukan soal netral dan toleransi akan kesalahan.
Katakan salah jika salah. 
Katakan benar jika benar. 
Jangan mempersalahkan kebenaran dan menyalahkan kebenaran.
Lebih baik mati dan dikenal sbagai diri sendiri, daripada hidup dan sengsara tak jadi diri sendiri.
Bahkan seorang Soe Hok Gie pun berkata,
"Lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikan."

Semoga semangat yang membuat kita bertahan. 
Semoga ketulusan yang membuat kita dimudahkan.
Dan semoga kesederhanaan yg membuat kita mau mendengar dan belajar.

"Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu. Jadilah saja dirimu, sebaik-baiknya dirimu sendiri "
-Soe Hok Gie

(Dibuat di Bandung, di bawah sebuah pohon rindang suatu kaum kembali mencoba dialog segala arah) 

Friday, October 11, 2013

Jangan Bicara


Jangan bicara cinta,
Bila melipat selimut saja tak bisa.
Jangan bicara cinta,
Bila sembahyang masih ditunda-tunda.
Jangan bicara cinta,
Bila belajar selalu jadi wacana.
Jangan bicara cinta,
Bila waktu simak berita pun tak ada.
Jangan bicara cinta,
Bila masih acuhkan orang tua.
Jangan bicara cinta,
Bila tugas sebagai pemuda belum terlaksana.
Jangan bicara Indonesia,
Bila cinta pun kau tak punya.
Uruslah dirimu sebaik-baiknya dirimu.
Tinggikan ilmu setinggi-tingginya langit membiru.
Jadilah nakhoda atas hidupmu.
Dan sampai saat itu tiba,

Jangan...
Jangan bicara, cinta!