Wednesday, January 1, 2014

KEMDES IV MTI: Bukan hidup berlebih, hanya lebih banyak bersyukur

Desaku yang kucinta, pujaan hatiku. Tempat ayah dan bunda.  Dan handa taulanku. Tak mudah kulupakan. Tak mudah bercerai. Selalu kurindukan. Desaku yang permai-Desaku Yang Kucinta 
Adalah Kampung Cibuluh yang jadi tempat pelaksanaan Kembang Desa MTI. Lagu di atas bisa sedikit ngegambarin keadaan dan suasana di sana. Banyak anak kecil lari-lari dan tertawa sembari bermain dengan teman sebaya nya. Walaupun udaranya dingin, warga Kampung Cibuluh menyambut kedatangan kami penuh kehangatan. Seakan-akan kami keluarag yang sudah dinantikan dari lama kedatangannya. Sudah lama rasanya tidak menghirup udara segar dan sejuk seperti itu. Terlalu lama di kota, berkutat dengan kesibukan dan udara hiruk pikuk seorang mahasiswa.

Kampung Cibuluh termasuk salah satu kampung yang terpencil. Akses ke sana memang agak sulit dijangkau. Hanya ada satu jalan dan itupun lumayan rusak. Cara lain adalah dengan menggunakan perahu sembari menyeberangi danau. 

danau di kampung cibuluh (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
danau di kampung cibuluh (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)



perahu untuk penyebrangan (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
perahu untuk penyebrangan (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
 


saat kabut datang
(gambar diambil dari twitter @MTI_2012)
saat kabut datang (gambar diambil dari twitter @MTI_2012)


Untuk perihal panorama dan pesona Kampung Cibuluh, sepertinya gambar lebih pintar bercerita daripada saya yang berkata-kata. Pada intinya,kampung ini memiliki keindahan, kedamaian dan keramahan dari warganya. Pada kegiatan ini, kami para peserta diberi kesempatan untuk menginap di rumah warga. Total yang pergi sekitar 130 orang. Maka selama dua hari, MTI sukses meramaikan dan memenuhi Kampung Cibuluh. 

Selama dua hari itu diisi dengan kegiatan yang sudah dirancang sedemikian rupa oleh panitia. Ada kerja bakti, lomba menghias tong sampah, talkshow mengenai lingkungan dan kebersihan sampah,membersihkan danau, dan gondjang-gandjing (semacam panggung seni di malam hari).


Saya dikasih kesempatan tinggal dengan seorang ibu dan bapak yang memiliki dua orang anak. Beliau termasuk orang berkecukupan, setidaknya untuk dapat makan 3 kali sehari. Selama menginap di rumah, beliau selalu menyediakan makanan yang berlebih. Entah itu roti, gorengan, atau  cemilan lainnya. Lauk untuk makan pun tak tanggung-tanggung. Di hari pertama,sang ibu menyediakan 4 macam lauk bagi kami untuk sekali makan. Meskipun hanya telur, tahu,tempe,ikan asin,oseng waluh,kerupuk dan sebakul nasi, bagi saya itu makanan mewah di tengah keserba-cukupan keluarganya. 

Setiap kali makan, beliau selalu menyediakan dalam jumlah yang banyak padahal hanya empat dari kami yang makan. Dan yang paling membuat saya tersentuh adalah beliau dan anaknya tidak ikut makan. Dengan alasan "Nanti saja kami menunggu bapak pulang. Neng sekalian makan duluan saja". Padahal saya tau, mungkin maksud beliau adalah takut makanannya kurang kalau mereka sekeluarga ikut makan...

Di hari kedua,sang ibu membuatkan kami bala-bala. Tak tanggung-tanggung, lagi-lagi dalam jumlah yang banyak.. Mungkin makanan yang disediakan oleh sang ibu terkesan amat sangat sederhana. Tapi bagi saya, justru dari kesederhanaan itulah saya melihat kekayaan. Bahwa sang ibu dan keluarganya kaya dalam kasih sayang dan mau memberi terhadap sesama. Bahwa di tengah kebercukupan atau kekurangan sekali pun, mereka tidak terlihat sedih dan mengeluh. Mereka tidak sungkan untuk memberi lebih meskipun kepunyaan mereka tidak berlebih. Bahwa kami yang menumpang di rumahnya hanyalah orang asing tapi mereka menghargai dan memperlakukan kami dengan penuh kehangatan. 

Tidak perlu melihat dari hal yang besar untuk menilai suatu kaum, cukup lihat dari hal terkecil yang mereka lakukan. Maka dari warga Kampung Cibuluh saya belajar. Di tengah kesulitan mereka akan air bersih. Di tengah eksistensi daerah mereka yang dipandang sebelah mata dan dicap terpencil. Di tengah segala kekurangan dan beban hidup yag mereka tumpu. Di tengah masa tua,kesulitan,kesendirian,dan penyakit yang mendera, bahwa rasa syukur lah yang membuat mereka bertahan. Rasa bersyukur lah yang membuat mereka bahagia setiap saatnya. Rasa syukur lah yang membuat hidup mereka makin berwarna. Betapa besar kekuatan yang diberikan dari ucapan syukur untuk mereka mampu hidup dan menjalani tiap detiknya.

Karena bahagia adalah sederhana.
Dengan bersyukur, semua terasa lebih bermakna.
Kesederhanaan adalah puncak tertinggi dari kekayaan.
Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Terima kasih kepada warga Kampung Cibuluh yang telah membuka mata dan membuat kami belajar banyak tentang banyak rasa serta karsa.. Semoga Tuhan senantiasa memberikan kebahagiaan,kemudahan dan kedamaian dalam setiap detak hidup kalian.
“Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan” ― Tan Malaka

Kegiatan Kembang Desa ini kasih banyak pembelajaran dan pandangan baru. Ternyata kalau kita mau tahu lebih banyak, kita harus turun dan merasakan langsung. Bahkan dibalik sepiring nasi pun kita dapat pelajaran baru. Bahwa kami, mahasiswa berasal dari tanah rakyat dan akan kembali mengabdi kepada tangan rakyat pula. Apa yang kami pelajari dan kami kerjakan sekarang, tak lain bentuk usaha untuk kembali menyejahterakan bangsa nantinya. Bukankah itu yang selalu dielukan dan ditanamkan kepada kami, mahasiswa? Bahwa kami adalah penyambung lidah rakyat yang berjuang dan ditempa demi kemakmuran serta keadilan rakyat Indonesia?

Setelah rangkaian acara Kembang Desa berakhir. Dengan diiringi oleh tawa canda serta keramahan para warga yang mengantar kami tuk kembali pulang, saya memiliki sebuah doa..
Semoga kami para mahasiswa dapat belajar menjadi seorang yang sederhana.Semoga kami para calon sarjana dapat menjadi kaya dalam ilmu dan peka terhadap sesama.Semoga kami para calon pemimpin bangsa dapat beguna dan berkuasa nantinya dengan bijaksana.Semoga dari tangan-tangan orang baik, Negeri ini bangkit kembali.Dari tangan-tangan kami lah, doa ini dipanjatkan.Dan dari tangan-tangan kami pula, cita-cita ini diperjuangkan.


Amin :)

 Bandung, 31 Desember 2013