Atas nama PEMILU 2014
Negeri tempat kami berdiri,
akan memilih lagi untuk kesekian kali.
Kepada siapa tahta
kekuasaan akan dipegang kendali?
Negeri tempat kami
mengabdi, akan berpesta kembali.
Dengan iming-iming
demokrasi,
Dimulailah konvensi dan
kompetisi,
Antara para pemegang nama
dan jabatan tinggi.
Mulai bermunculan
kandidat terkuat dari setiap partai.
Lalu, benarkah mereka semua bertujuan suci?
Ingin mengembalikan
kemakmuran di negeri ibu pertiwi.
Para pendahulu kami pun
dulu berjanji,
Akan mengutamakan
kepentingan rakyat tanpa terkecuali,
Akan menurunkan
kemiskinan dan berantas korupsi,
Akan membawa kehormatan
ibu pertiwi di kancah luar negeri,
Namun, apa yang bisa dilihat
kini?
Kami hanya para pengguna
hak asasi,
Kami tak segan lontarkan
hujatan dan opini,
Silakan pikat kami dengan
megahnya orasi.
Silakan kau rayu kami
dengan mimpi-mimpi.
Sungguh, kami tidak butuh
pesta demokrasi.
Kami hanya butuh pemimpin
yang berani.
Sosok yang tulus dan mampu mencintai,
Dengan ikhlas mau
mengayomi,
Dengan tegas mampu
gunakan kendali,
Dengan jujur tidak
bermain monopoli ekonomi.
Kami butuh pemimpin.
Bukan pemegang jabatan pribadi,
Atau tokoh politisi,
Atau sosok yang sering pamer prestasi,
Atau tokoh yang memegang siaran stasiun televisi.
Bagimu (yang katanya) para
calon pemimpin negeri.
Silakan ingat kata-kata
kami,
Sebelum kau berani acungkan
jari.
“ Tidak ada sebesar-besarnya
pengkhianatan, selain pada negeri sendiri.
Tidak ada serendah-rendahnya
manusia, selain pengkhianat bangsa sendiri.
Tidak ada seburuk-buruknya
pengkhianat, selain pemimpin yang berdiam diri.
Dan semoga dari tangan
orang-orang baik,
Negeri ini mampu bangkit
kembali.”