Monday, February 24, 2014

Nasihat angkuh manusia rapuh

Manusia bisa bertahan hidup,
Asalkan dia mampu beradaptasi.

Banyak godaan, goncangan, tantangan di sana-sini. Banyak orang yg lalu lalang, datang kemudian pergi. Pernah mengalami masa gemilang kemudian terpuruk tinggal gigit jari.

Lingkungan katanya membentuk karakter seseorang. Waktu katanya mengubah pribadi seseorang. Tidak ada yg salah dengan perubahan, tp cara pandang menghadapi perubahan yg terkadang salah utk dipahami.


Apa cuma kasih ibu yang tak lekang sepanjang masa? Ataukah kasih antar manusia dengan sesama dan lingkungannya jg  tak lapuk dimakan zaman?

Jangan jadikan waktu sebagai alasan kita lupa ingatan untuk bersyukur atas apa yg kita dapatkan.
Jangan jadikan waktu sebagai pembenaran atas keburukan yg kita lakukan.
Jangan salahkan waktu!
Atas apa yang tiada kemudian hilang dari kehidupan.

Waktu adalah batasan.
Seberapa mampu kita bertahan.
Seberapa banyak kita berbuat kejahatan dan kebaikan.
Seberapa lama kita berjalan utk meraih sebuah tujuan.

Maka hidup akan jadi kesia-siaan jika waktu selalu kita permasalahkan.

Atas nama detik yang berlalu,
Tiada yang bisa kita janjikan untuk hari esok.
Tiada pantas kita sesali untuk hari kemarin.
Nikmati dan hidupi hari ini.


Organ(is)asi


Organisasi tidak akan pernah mati.
Selama masih ada orang yang mau peduli.
Jika tersisa satu pemuda ataupun satu pemudi.
Masihkah organisasi mampu tegak berdiri?

Silakan acuhkan seorang pemimpi.
Pandang sinis seorang idealis.
Bukan tentang siapa dan tahta apa yang ada di kepala.
Ini tentang pertanggungjawaban cita-cita seorang manusia!

Aku organisasi, harusnya kalian banyak mencari.
Aku organisasi, harusnya kalian banyak memberi.
Aku organisasi, harusnya diisi manusia berkarakter dan penuh dedikasi.
Aku organisasi, bukan benda mati!

Maka sampai waktuku dimana selalu datang siklus baru.
Banyak yang datang, tak sedikit yg berlalu.
Aku organisasi dan ini pesanku:

Matikan aku jika kalian mau,
Hidupkan aku jika kalian mampu.
Tapi satu yg harus kalian semua tahu,

Sampai kamu yang menerjang maju atau mundur gugur layu.
Aku mau hidup seratus tahun lagi.

Sah- sah Gelisah

Resah apa yang buatmu gelisah?
Ketika semua kata ada di ujung lidah.
Tinggal kau luapkan dan kata akan membuncah.
Namun kita hanya mampu telan ludah.
Sedangkan resah sudah buatmu ingin muntah.

Karena sesungguhnya pemimpin lahir dari gelisah.
Maka siapa yang pengecut dan hanya bisa pasrah?

Akan sampai pada suatu noktah.
Dimana semua meledak dan berdarah.
Sesungguhnya resah ini mendarah daging sudah.
Namun apa daya,
Kita hanya telan ludah..

Pada malam, gelisah bertemu lelah.
Berharap hilang tersapu basah.
Pada pagi keduanya berpisah.
Sampai nanti bertemu lagi atau entah.

Ketika pasrah bersanding dengan gelisah.
Ah sudahlah..
Sah gelisah.

Bandung, 25 Februari 2014


Sunday, February 16, 2014

Sepuluh

Selamat bulan baru.
Semoga dan selalu.
Hanya padamu.
Sebuah ucapan penuh rindu.

Bandung, 10 februari 2013


Saturday, February 1, 2014

Sepuluh Jemari

Semacam kuda liar kamu berlari.
Kau tantang malam dengan berani.
Pedang di tangan kanan dan di kiri kau simpan belati
Sebut saja kamu petarung sejati.

Dalam nafasmu terbungkus mimpi.
Hingar bingarmu layaknya api.
Dan kicau burung menjadi saksi.
Pada pagi kamu selalu kembali.

Perang sementara berhenti.
Tegakmu tetap berdiri namun kecewa kamu sesali.
Aku datang dengan sepuluh jemari.
Hanya mampu merengkuhmu sepenggal kiri.

Segenggam erat aku meraihmu.
Tanpa ragu aku memandangimu.
Sejauh itu yang aku mampu.
Ungkapkan rindu selagi membisu.

Semacam kuda liar kamu berlari.
Bukan kuasaku menahanmu pergi.
Dan hanya ini yang dapat kuberi.
Seutuhnya aku selalu menemani..










Tulisan Santai Sebelum Badai

Harusnya tulisan ini tidak menjadi sebuah tulisan yang sentimentil. Harusnya tulisan ini tidak menjadi sebuah kesulitan atau berlarut-larut dalam penundaan. Harusnya tulisan ini menjadi sebuah tulisan biasa yang tiada perlu dianggap serius atau berbahaya.

Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa refleksi serta resolusi harusnya sudah dibuat tepat satu bulan yang lalu. Tepat saat dentang waktu menunjukkan jam 00.00 WIB 1 Januari 2014.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa seharusnya syukur serta doa banyak-banyak dipanjatkan dan dipinta. Tepat saat terompet mulai riuh menyambut gempita 1 Januari 2014.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa tepat satu tahun yang lalu sebuah tahun sudah dilewati. Lengkap dengan segala cerita, intrik, perjuangan dan romantika di dalamnya.

Menuliskan apa yang telah dilalui selama setahun belakangan agaknya cukup sulit. Mengingat tahun 2013 adalah tahun yang cukup penting dan bermakna.

Harusnya tulisan ini tidak menjadi sesuatu yang sulit ataupun sentimentil. Toh ini bukan kali pertamanya aku melalui pergantian tahun. Pada akhirnya berbagai kejadian yang dialami setahun kemarin hanya mampu kutuliskan sepanjang aku mengingat dan mampu menceritakannya.

Some stories are better left unsaid. But I rather telling them than keeping it as a memory itself.

Harusnya tulisan ini menjadi mudah karena begitu banyak yang dapat diceritakan. Mulai dari perjuangan akhir melalui masa TPB, hiruk pikuk penjurusan, kesibukan kepanitiaan, organisasi, osjur, adaptasi dan masa transisi menjadi mahasiswi jurusan, pencarian jati diri hingga menemukan apa yang selama ini dinanti dan dicari. Pergantian kalender tahun ini tidak dirayakan dengan meriahnya kembang api atau gemerlap pesta.Cukup sederhana dengan kumpul bersama keluarga.

Pergantian tahun baru sering dijadikan ajang untuk bernostalgia, membuat resolusi dan refleksi diri. Harusnya tidak hanya pada tanggal 1 Januari kita berkaca dan intropeksi diri, toh kita tidak hanya hidup setahun sekali kan? Maka pada awal tahun yang indah ini, aku mencoba menjadi cermin terbesar bagi diriku sendiri. Sebaik-baiknya bercermin adalah pada diri sendiri. Sesulit-sulitnya jujur adalah pada diri sendiri.

Tahun ini menjadi tahun yang istimewa karena setidaknya aku mendapat jawaban atas bebearap doaku. Nikmat terbesar adalah ketika kau mengharap, meminta dan terkabulkan doanya. Sungguh, Tuhan Maha Mendengar dan Maha Penyayang. Yang terbaik sesungguhnya datang pada saat yang tepat. Tiada keraguan atas kuasa Tuhan dan bagaimana dengan sedemikian rupa Dia mengatur dan putar balikan hidup kita.

Atas segala ragu dan tanya.
Atas segala sendu dan rindu
Atas segala masa yang berlalu
Maka semua indah pada satu waktu.

Tulisan ini sebagai pengingat.
Bahwa memori mampu menjadi duri,
Ketika kita berdiri di atas kaki sendiri.

Bandung, 1 Februari 2014