Harusnya tulisan ini tidak menjadi sebuah tulisan yang sentimentil. Harusnya tulisan ini tidak menjadi sebuah kesulitan atau berlarut-larut dalam penundaan. Harusnya tulisan ini menjadi sebuah tulisan biasa yang tiada perlu dianggap serius atau berbahaya.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa refleksi serta resolusi harusnya sudah dibuat tepat satu bulan yang lalu. Tepat saat dentang waktu menunjukkan jam 00.00 WIB 1 Januari 2014.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa seharusnya syukur serta doa banyak-banyak dipanjatkan dan dipinta. Tepat saat terompet mulai riuh menyambut gempita 1 Januari 2014.
Tulisan ini hanya sebagai pengingat bahwa tepat satu tahun yang lalu sebuah tahun sudah dilewati. Lengkap dengan segala cerita, intrik, perjuangan dan romantika di dalamnya.
Menuliskan apa yang telah dilalui selama setahun belakangan agaknya cukup sulit. Mengingat tahun 2013 adalah tahun yang cukup penting dan bermakna.
Harusnya tulisan ini tidak menjadi sesuatu yang sulit ataupun sentimentil. Toh ini bukan kali pertamanya aku melalui pergantian tahun. Pada akhirnya berbagai kejadian yang dialami setahun kemarin hanya mampu kutuliskan sepanjang aku mengingat dan mampu menceritakannya.
Some stories are better left unsaid. But I rather telling them than keeping it as a memory itself.
Harusnya tulisan ini menjadi mudah karena begitu banyak yang dapat diceritakan. Mulai dari perjuangan akhir melalui masa TPB, hiruk pikuk penjurusan, kesibukan kepanitiaan, organisasi, osjur, adaptasi dan masa transisi menjadi mahasiswi jurusan, pencarian jati diri hingga menemukan apa yang selama ini dinanti dan dicari. Pergantian kalender tahun ini tidak dirayakan dengan meriahnya kembang api atau gemerlap pesta.Cukup sederhana dengan kumpul bersama keluarga.
Pergantian tahun baru sering dijadikan ajang untuk bernostalgia, membuat resolusi dan refleksi diri. Harusnya tidak hanya pada tanggal 1 Januari kita berkaca dan intropeksi diri, toh kita tidak hanya hidup setahun sekali kan? Maka pada awal tahun yang indah ini, aku mencoba menjadi cermin terbesar bagi diriku sendiri. Sebaik-baiknya bercermin adalah pada diri sendiri. Sesulit-sulitnya jujur adalah pada diri sendiri.
Tahun ini menjadi tahun yang istimewa karena setidaknya aku mendapat jawaban atas bebearap doaku. Nikmat terbesar adalah ketika kau mengharap, meminta dan terkabulkan doanya. Sungguh, Tuhan Maha Mendengar dan Maha Penyayang. Yang terbaik sesungguhnya datang pada saat yang tepat. Tiada keraguan atas kuasa Tuhan dan bagaimana dengan sedemikian rupa Dia mengatur dan putar balikan hidup kita.
Atas segala ragu dan tanya.
Atas segala sendu dan rindu
Atas segala masa yang berlalu
Maka semua indah pada satu waktu.
Tulisan ini sebagai pengingat.
Bahwa memori mampu menjadi duri,
Ketika kita berdiri di atas kaki sendiri.
Bandung, 1 Februari 2014
No comments:
Post a Comment