Kemudian kita lebih memilih untuk terlelap.
Memilih terpejam mata daripada dihujam kata.
Kemudian kita lebih memilih terlelap.
Memilih matikan nalar berfikir daripada berdebat kusir.
Kemudian kita hanyut dalam dunia lelap.
Memilih tinggalkan masalah dan sisakan bingung tanpa arah.
Dan semakin dalam kita tenggelam dalam lelap.
Segala persoalan terlupakan dan tetap nihil dalam keputusan.
Daripada pusing berfikir hingga sepuluh keliling.
Daripada sesal berbuat hingga gigit jari kelingking.
Kita memilih terlelap.
Kemudian diam-diam berharap.
Karena mimpi terbayang dalam tidur tapi tak terwujud dalam lelap.
Karena puncak tertinggi bukan untuk diratapi tapi dijejaki.
Kemenangan bukan sebuah pemberian tapi perjuangan.
Jangan bersedih, jangan berduka.
Jangan lelap terlalu lama.
Buka mata, telinga dan tegakkan kepala.
Bicara soal mimpi dan cita-cita.
Masih ingatkah kita?